Pages - Menu

Wednesday, November 30, 2011

Kopi: Rasa, View, dan Pengunjung

Menjual kopi di Banda Aceh bukan lagi sekedar rasa. Butuh kemampuan lebih dan khusus dalam menjajakan si hitam manis ini. Apalagi dengan semakin bertaburnya puluhan warung kopi di Ibukota Propinsi Aceh.

Ada beberapa warung kopi yang didesain semenarik mungkin mulai dari pemilihan meja, kursi, dan ornamen lainnya. Ditambahi pula televisi berlayar lebar dan koneksi internet. Ada pula yang tetap setia dengan kondisi seadanya, tak berubah dari tahun ke tahun. Kedainya hanya mengandalkan pelanggan setia pada rasa dan mutu. Bahkan ada pelanggan yang tak mau minum jika pembuat kopi bukan yang biasanya.

Di antara sekian banyak warung kopi ada yang sangat memperhatikan view. Hal ini menjadi mutlak dan menjadi cara menjual kopi yang berbeda dengan warung kopi lainnya. Ada yang mengambil view pegugungan dan persawahan. Warung kopi ini hanya mungkin bila berada di pinggiran kota. Ada pula yang menjadikan sungai sebagai daya tariknya. Aliran air bagaimanapun akan menjadikan magnet tersendiri bagi pengunjung. Lalu lintas kendaraan pun ikut digunakan sebagai pemikat agar pengunjung betah dan setia berada di warungnya.

Begitulah, warung kopi dengan segala taktik dan strateginya membius pelanggan agar mau menghabiskan waktunya dan berlama-lama di sana. Titik akhir yang dihrap pemilik warung kopi adalah keuntungan yang melaut dan menggunung. Bagi pelanggan kebutuhan akan kopi semkain dimanjakan dengan pemandangan, gaya hidup, media dan informasi, hiburan, dan kuliner.

Simbiosis mutualisme pun terjalin dalam jangka panjang. Tidak ada kontrak tetulis, yang ada hanya keterikatan secara otomatis antara penyedia jasa dan barang dengan pembeli jasa dan barang. Tanpa perlu panitia tender.

Apapun, Anda sebagai penikmat kopi adalah rajanya. Asal jangan jadi raja yang lalim.

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Para penulis yang suka menggunakan kopi sebagai ilustrasinya patut diragukan kecintaan nya pada kopi. Menjadikan kopi sebagai tamsilan adalah bentuk lain dari kecintaan terselubung terhadap teh.

    ReplyDelete
  3. Kedai kopi bukan hanya sekedar tempat ngopi... tetapi sudah digunakan sebagai tempat multi fungsi. Bagi gamer mania memanfaatkan kedai kupi sebagai tempat game online gratisan.
    Bagi mereka, citra rasa kopi menjadi gak penting, yang penting fasilitas lengkap dan internet cepat.
    Sedangkan bagi para politisi, yang paling penting adalah dimana mereka bisa kampanye dan bisa dikatakan "merakyat", apalagi menjelang pemilukada.. kedai kopi menjadi media kampanye gratisan yang tidak dilarang oleh panwaslu..

    ReplyDelete